Sabtu, 16 April 2011

Perjalanan Panjang Menuju Pantai Cemara, di Pedalaman Jambi

Pada Desember 2009 saya mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan Tim Global Health Program Wildlife Conservation Society – Indonesian Program sebagai volunteer  untuk pengambilan sampel Flu Burung (H5N1) pada burung-burung  yang ada disekitar kawasan pantai cemara, selain itu juga dilakukan pencincinan (ringing) dan penandaan dengan bendera warna (color flag) pada burung yang tertangkap. Saya sangat bersyukur mendapatkan kesempatan ini, dan tentunya saya berangkat tidak sendiri tapi ada teman-teman dari jogja, semarang, bahkan ada teman yang datang jauh-jauh dari kalimantan untuk ikut bergabung.

Pantai Cemara berada di pedalaman Jambi yang berbatasan dengan Taman Nasional Berbak yang masuk kedalam kabupaten Tanjung Jabung. Desa Sungai Cemara merupakan perkampungan terdekat dengan Pantai Cemara yang dihuni oleh Suku Bugis, sedangkan Pantai Cemara merupakan pantai liar tanpa penghuni manusia dan banyak ditumbuhi cemara (Casuarina equisetifolia) sesuai dengan namanya. 



Untuk mencapai lokasi tersebut membutuhkan perjuangan yang ekstra karena perjalanan untuk mencapai lokasi yang cukup panjang dari transportasi udara, darat dan laut pun harus dilalui. Dari Jakarta kami terbang melaui bandara Soeta menuju bandara Sultan Thaha dengan perjalanan kurang lebih 2 jam, setelah sesampainya disana kami dijemput untuk menuju penginapan disana juga sudah menunggu volunnter Jambi yang akan bergabung juga, dia lah teman sekaligus saya jadikan guide selama saya di Jambi.. hehehe setelah beberapa hari menginap tiba lah saat yang kami tunggu-tunggu berangkat menuju Pantai Cemara. Dari Kota Jambi naik mobil sewaan menuju Suakkandis selama kurang lebih 1-2 jam, selanjutnya dilanjutkan dengan naik speed boat  menyusuri Sungai Batanghari menuju Nipah Panjang, kami sampai di Nipah Panjang hari sudah sore dan kapal jemputanpun sudah menunggu tp kami harus menunggu hingga tengah malam untuk berangkat menuju lokasi. Diselah-sela waktu kami isi dengan main kartu, bercandaan  sambil mengakrabkan diri satu sama lain. Setelah tengah malam perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan Kapal Pompong menuju Desa Sungai Cemara selama kurang lebih 6-8 jam tergantung kondisi cuaca. Selama perjalanan karena kondisi yang lelah kami pun terlelap.... Zzzzzz... dan senja pun membangunkan kami untuk melihat keindahannya.




Sesampainya dilokasi saya takjub melihat ratusan bahkan ribuan burung pantai yang sedang berjemur karena memang lokasi ini merupakan tempat persinggahan dan  salah satu tempat penting bagi burung migran, ini merupakan pemandangan sangat langka bagi saya karena pemandangan seperti ini tidak bisa saya temui di Jakarta.  Perjuangan kami belum selesai sampai disitu saja kamipun harus mendirikan tenda dan membuat camp sebagai tempat tinggal kami selama 2bulan lamanya (namun saya hanya 1 bulan mengikuti kegiatan ini).




Kegiatan utama kami selama disana yaitu melakukan pengambilan sampel flu burung (H5N1) dari burung pantai migran (Migratory shorebird), burung air (waterbird), jenis burung laut (sea bird), serta jenis burung-burung Passerin. Setelah pengambilan sampel dilakukan juga pengukuran morfometri, pemasangan cincin dan bendera warna pada burung dan setelah itu dilepas liarkan kembali. Untuk penangkapannya menggunakan Jala kabut (mist net) dan jaring satu kantung (Stationery net). Saya diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk belajar dan terlibat langsung dalam aktifitas tersebut, sungguh ini kesempatan yang sangat langka yang pernah saya dapatkan. Burung yang tertangkap diukur panjang paruh, panjang kepala (dengan paruh), panjang sayap, panjang tarsus, panjang tubuh, diameter tarsus, diameter tibia, selanjtnya diamati bulu berbiak, peluruhan bulu/ganti bulu (molting), jenis kelamin (sexing) dan umur (ageing). Kebanggaan buat saya, saya dapat melihat jenis burung dengan populasi relative kecil dan statusnya dilindungi seperti Trinil-lumpur asia (Limnodromus semipalmatus) dan Nordmann’s Greenshank (Tringa guttifer) yang sudah sangat sulit dijumpai. 






Pengalaman yang sulit untuk saya lupakan setiap malam kami bergantian mengecek mist net yang kami pasang dari sore hingga pagi hari untuk melihat jika ada burung yang tersangkut. Setiap malam harus berendam didinginnya air laut, rasa kantukpun terasa dan itu tantangan paling berat buat saya karena kami harus merubah jam tidur tidak seperti biasa, diwaktu orang tidur kami harus bangun untuk “bertugas” namun setelah beberapa hari beradaptasi sayapun bisa terbiasa dan rasa kantuk pun hilang ketika kita mendapatkan tangkapan banyak “itu justru seninya”.. waktu yang kami tunggu ketika memasuki hari jumat karena kami diberi kesempatan untuk bermain-main kedesa walaupun jaraknya tidak dekat tapi kami tetap menikmati perjalanan sambil foto-foto dan sedikit narsis. :)









Waktu tak terasa semakin hari kamipun semakin dekat tidak seperti teman lagi bahkan sudah seperti saudara sendiri, suka duka kami lewati bersama dan saling mengerti sifat masing-masing. 1 bulan telah berlalu dan tibalah untuk saya dan teman saya dari Jambi untuk kembali keperadaban.. hehehe  sebelum saya meninggalkan camp, kami diberi kesempatan untuk ikut serta dalam melakukan pendidikan lingkungan di SD setempat. Tim yang lain masih tinggal di camp sampai 1 bulan kedepan hanya beberapa orang yang ikut ke Jambi untuk belanja logistik dan keperluan-keperluan lainnya yang dibutuhkan selama disana.


Pengalaman yang tidak mungkin bisa saya lupakan dan pastinya saya akan merindukan saat-saat seperti ini lagi. Terimakasih untuk WCS yang telah memberikan saya pengalaman yang luaaaarr biasa,  teman-teman volunteer dari berbagai penjuru yang luar biasa hebat dan warga desa cemara yang memberikan sambutan hangat pada kami semua.. SALAM LESTARI.. :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar